Sabtu, 07 April 2012

Gajah Cantik

Aku belajar banyak hal dari sosok yang akan aku ceritakan ini. Salah satu hal yang paling penting adalah, aku belajar bahwa menjadi orang ketiga itu tidak menyebalkan bahkan bisa jadi menyenangkan. Dia yang mengatakan hal seperti itu, ohya bukan hanya mengatakan tapi juga merasakan. Aku tak tahu apakah dia benar-benar menikmatinya. Setauku, menjadi orang ketiga adalah hal yang tidak menyenangkan bahkan terkadang menyakitkan. Tapi itu menurutku, menurut orang yang cukup egois sepertiku yang tak pandai bersyukur. Dialah, Valina Khiarin Nisa. Salah satu orang hebat yang pernah aku kenal, bahkan lebih dari teman. Dia orang yang paling rajin mengatakan kata terima kasih dan kata maaf. Dia yang selalu bingung dan panik, bahkan sangat terlihat dari segala tingkah lakunya meski dia terdiam. Dia yang tidak marah meski aku panggil gajah. Padahal dia tidak gemuk amat, bahkan dia lebih cantik, lebih baik dan lebih pintar dari aku. Sosok rendah hati itu yang sangat menjadi ciri khasnya, dia tak sungkan untuk memuji orang lain. Mungkin dia menyadari bahwa memuji orang lain merupakan reinforcement positive yang bisa memotivasi seseorang dan membuatnya senang. Dibalik sosoknya yang seperti itu, dia adalah sosok yang ceroboh, cepet galau (hahaha :p), susah bangun dari tidurnya, paling susah kalo mau mbolang, dan masih setia menunggu. Valin gak suka bisa bohong bahkan dia ingin bohong kemudian mengaku pada ibunya. Dia juga sosok wanita yang setia dalam menunggu seseorang yang dia inginkan. Calon istri yang baik bukan, menanti seorang imam yang diinginkan dengan setia. Skillnya dalam musik juga bisa sebagai modal sebagai calon ibu yang bisa mewarisi skillnya pada anak-anaknya :’)
Sungguh beruntung, anda yang diharapkan oleh si gajahku tersayang. Akankah anda merasakan apa yang dia rasakan? Bolehkan aku menasehatimu? Jika kau ingin dicintai dengan tulus, maka jawabannya adalah Valina.
Begini saja sudah cukup banyak hal yang membuatku bangga akan sosok gajah cantik itu. Terlalu banyak hal baik yang dia punya, hingga aku tak bisa menyebutkan semuanya. Belum setahun aku mengenalnya, tapi sudah cukup banyak hal yang bisa saling kami pelajari. Yah, mulai dari waktu itu pertama kali PPKMB aku mengenalnya. Dialah orang yang masih lelap tertidurr meski alarm HPnya berbunyi. Dia yang bisa menyanyi dengan merdu. Dia orang yang rendah hati dan selalu memuji orang lain. Dia yang menjadi bibik pertama, yang hanya bisa pasang tampang sedih bahkan tak pernah marah ketika aku memanggilnya bibik. Dia yang selalu aku kerjain, dan lagi-lagi dia tidak marah bahkan bisa tersenyum dan tertawa karena ulahku. Dia yang hobi jepret-jepret orang disekitarnya dengan HP, banyak fotoku yang aku tidak sadari banyak memenuhi HPnya. Dia suka mengabadikan setiap moment, pun moment itu hanya hal sederhana namun baginya sangat berharga, kita sependapat kawan. Dia yang akan mendengarkan apa yang aku katakan, meng-iya-kannya, merenungi dan nantinya akan benar-benar membenarkan perkataanku. Dia yang ingin bebas, tapi tak ingin berbohong. Dia yang mengaku pada ibunya bahwa akan ke kampung halamanku padahal sebelumnya dia berbohong, dia tidak pandai berbohong memang. Begitu istimewanya dia bukan? Ehya, dia yang selalu tertawa ketika aku mengeja namaku dengan nada khas orang Madura. Dia yang mengaku menjadi Alifia dan memberikan aku tokoh penting dalam film Negeri 5 Menara, yaitu Majiddah. Hahahahaha Valin, orang yang tidak tega menonton film The Raid, namun dengan antusias menontonnya meski dengan menyebut banyak kata hingga dia tidak sanggup menutup mulutnya. Sungguh, lucu sekali dia. Hahaha Dia orang yang akab menjerit ketika aku tiba-tiba mencium pipinya >.<

Terima kasih sayang, karena sedikit waktu kita bersama, kita bisa ciptakan banyak cerita
Kita tidak bisa selalu betatap muka, tapi kita bisa saling memeluk lewat doa
Mungkin semua tempat selalu bisu, tapi kenangan kita akan selalu terucap oleh waktu
Tanpa cahaya kau akan temui gelap, tapi kau bisa tutup matamu untuk memutar memori berwarna kita
Dengan nama mungkin kita akan lupa, apakah dengan canda kita yang telah lalu kau akan lupa?
Aku yakin tidak, karena aku tahu kau akan selalu menggenggam janji itu
Janji yang tak pernah terucap, tak pernah tertulis, tak pernah terbayang, namun sudah insting untuk menepatinya

Bolehkah aku memelukmu lewat satu kalimat saat kau membaca tulisanku ini?
Tak peduli bagaimana kamu kemarin, sekarang dan esok, kita adalah sebuah takdir untuk bersama :*


 Walau berbeda, kita tetap satu :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar