Hari ini pelaksanaan
pelatihan T-Bone(Teater Boneka Psikologi Unair) degan pembicara Ki Heru, sang
pendongeng anak. Cukup lama kami menunggu, ahirnya beliau datang dengan tiga
ibu-ibu, kakak angkatan Psikologi Unair dan juga dua orang laki-laki. Beliau memasuki
ruangan dengan memegang pundak kiri salah seorang ibu-ibu itu secara perlahan. Cling,
stereotype saya adalah “beliau tuna netra”. Namun setelah beliau duduk dan
berbicara dengan rekan-rekannya, stereotype itu pun memudar, dalam hati “ohh,
beliau tidak buta rupanya”. Kemudian belian memperkenalkan diri, dengan profil
yang sangat menarik dan telah banyak mempunyai pengalaman dalam berbagai hal
terutama anak-anak. Beliau mengatakan bahwa seharusnya beliau mengucapkan
selamat malam saj, bukan selamat pagi, karena bagi beliau semua waktunya
seperti malam = gelap. Glek! Saya kembali memungut stereotype pertama saya,
ternyata beliau memang benar-benar seorang tuna netra. Subhanallah, sosok itu
baru beberapa menit aku mengenalnya namun beliau sudah banyak memberikanku
pelajaran berharga, mungkin juga bagi kami yang berada di ruangan itu. Ternyata
beliau bergelar SH, namun dunia hokum bukan jatidirinya kemudian beliau mulai
menyelami dunia anak-anak. Beliau pernah menjadi guru TK selama 8 tahun, pernah
bergabung dengan teater besar seperti W.S. Rendra, dan hingga sekarang menjadi
seorang pendongeng yang mempunyai yayasan sosial J Betapa hebatnya beliau dengan segudang prestasi, meski baginya
hanya ada satu warna yang beliau lihat, yaitu hitam dan gelap. Sebenarnya sejak
lahir beliau bisa melihat normal, namun setelah bekerja beliau mengalami
gangguan mata dan beberapa penyakit mata lainnya yang saya lupa namanya hingga
membuat beliau tetap mendongeng namun tak bisa melihat wajah antusias anak-anak
yang mendengarkan beliau.
Sungguh hebat,
beliau bisa mengubah suaranya menjadi banyak macam, mulai dari suara keci,
besar, suara ibu guru, suara kakek, nenek, hingga logat madurapun sangat jago,
maklum beliau adalah putera Sumenep, Madura. Hehehe
Awal pertemuan,
beliau menyuruh kami berhitung. Kemudian menyanyikan lagu anak-anak dengan gaya
anak-anak pula. Kami dituntut menjadi anak-anak dan kamipun dengan senang hati
melakukannya, meski jika dipikir-pikir sepertinya kami semua adalah anak-anak
luar biasa autis atau hiperaktif. Hahahahaha
Pertama kali, beliau
menyuruh nomer 7 menyanyikan lagu balonku. Dan nomer 7 adalah Naili, nyaris,
aku nomor 6. Beliau juga menyuruh benulis kegiatan kita seharian kemarin. Kamipun
mencoba merecall memori tentang kemarin juga disertakan dialog. Beliau secara
random menyuruh diantara kami mendongeng setelah diberi contoh oleh Bu Ifa. Sungguh,
lucu-lucu sekali ekspresi mereka, tenyata didalam ruangan ini memang mahasiswa
yang tak suka demo namun berpotensi menjadi pendongeng. Hihihi
Nah ini acara yang
paling sip. Mengatur pernafasan dengan cara meditasi, dengan lagu-lagu yang
menenangkan serta komando Ki Heru yang menyenangkan. Setelah beberapa saat,
kami diminta untuk menutup mata dengan penutup mata. Beliau menyuruh kami tetap
mengatur pernafasan kami dan jika sudah ada komando maka kami harus melakukan
apa yang beliau suruh. Beliau menyuruh kami menjadi seorang anak kecil, menjadi
tentara, menjadi penyanyi dangdut, menjadi orang yang marah, tertawa, kemudian
menangis, kemudian tertawa, kemudian menjadi orang gila, menjadi penari balet dst.
Semua kita lakukan sesuai apa yang ada
dibenank kita, menjadi diri sendiri meski memerankan peran orang lain. Ki heru
ingin kami menghayati setiap peran yang kami tampilkan, juga dengan karakter tiap
tokoh yang unik dan berbeda. Lalu ada refleksi tentang apa yang kami lakukan
tadi. Dan terahir, beliau mendongeng untuk kami. Benar-benar menyenangkan, saya
ingin kembali menjadi anak kecil yang selalu ingin mendengarkan dongeng tiap
mau tidur, seperti pembukaan perkenalan Ki Heru disambut oleh lagu Wayang –
Dongeng.
Entahlah, saya pikir
masih banyak hal yang saya dapat dari pelatihan I tadi. Namun saya sudah banyak
menjabarkan lewat tulisan, saya tidak ingin anda yang membaca tak berminat
membaca karena terlalu panjang. Hehehehe
Selamat berjuang
kawan-kawan, untuk melestarikan budaya anak-anak yang mulai teracuni oleh
modernisasi yang menghilangkan karakter bangsa kita. Selamat menikmati
tenggelam dalam dunia anak-anak. Selamat menjadikan ilmu kita sebagai ilmu yang
bermanfaat dan dengan ikhlas kita berikan pada orang lain. Selamat bertempur
melawan segala rintangan untuk tetap bisa memeluk anak-anak yang membutuhkan kita.
Selamat menjadi calon bapak dan ibu yang baik J KITA BISA. Aamiin
Ini dia, Ki Heru Cokro (nama senimannya kata beliau XD).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar