Kamis, 23 Februari 2012

Stasiun Gubeng

Saatnya balik ke Jember tercinta nih :D
Aku berangkat jam 2 sore dari kos, naek taksi ke Gubeng Lama. Blue bird membawaku meluncur, dikendalikan oleh Bapak Bambang yang cukup ramah. Tapi bayar taksi gak sesuai dengan argo seperti Blue Bird biasax >.<
Aku segera pesen tiket dan duduk di tempat tunggu sambil membaca novel "hafalan Shalat Delisa" di tengah riuhnya suara kereta dan orang-orang yang panik. Sekitar 30 menit aku membaca, kemudian aku melihat jam yang cukup panjang untuk menanti Logawa pukul 16.10, jaadi aku putuskan beli makan. Ahirnya makan gado-gado seharga Rp 6.000,00 dan es degan seharga Rp 3.000,00. Lalu aku kembali ke tempat duduk semula dan meneruskan membaca.
Sejak pertama aku duduk disitu, aku memperhatikan gerak-gerik orang-orang yang berlalu lalang maupun yang hanya duduk diam di ruang tunggu. Ada ibu-ibu tua yang matanya ditutup perban, mungkin baru saja mengalami kecelakaan dsb, dia duduk di lantai bersama satu ibu yang lain padahal kursi masih banyak yang kosong. Ada mas-mas yang bermandikan keringat duduk disebelahku, aku ingin memberinya tisue, namun dia segera bangkit dari tempat duduknya. Ada ibu muda yang gusar mengantri tiket karena tak ingin tertinggal kereta, dan ahirnya dia pun tertinggal. Entah bagaimana nasibnya kemudian. Lalu Ibu yang matanya ditutup perban itu duduk di sebelahku dan manawarkan es degan, namun aku menolak sambil tersenyum. Sesaat setelah itu, ibu tadi dan ibu yang lain ribut. Terdengar bahwa tas milik ibu yang berperban itu hilang, kemungkinan tertinggal di angkot. Dia sangat tenang, namun ibu yang satunya justru yang heboh bercerita begini-begitu, juga padaku yang hanya bisa tersenyum. Kemudian aku melanjutkan membaca, namun sudut mataku tertuju pada bapak yang menyapu di stasiun itu, aku tahu bahwa namanya adalah bapak "Basofi".
Banyak lagi yang aku amati disekitarku yang menjadi obyekku untuk tersenyum maupun belajar, hanya dengan melihat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar