Minggu, 22 Januari 2012

Feeling Lewat Kata

Hingga saat ini kita bernafas, sudah berapa teman atau sahabat yang kita punya?
Banyak sekali bukan?
Bahkan mereka yang mengetahui sedikit hal tentang kita, namun kita tak mengenalnya sama sekali, dia juga bisa disebut sebagai teman. Atau mereka yang belum pernah kita temui namun dekat dengan kita karena suatu tali persaudaraan. Atau mereka yang asing bagi kita, namun akan menjadi sedikit bagian dari kita karena persamaan status, ras, suku bangsa, agama, ideologi, dsb. Atau mungkin mereka yang menganggak kita musuh atau rival, padahal kita tak pernah berjumpa dengannya.
Inilah hidup, tentang memberi atau diberi. Tentang memberikan kebaikan atau memberikan hal buruk, dan diberi hal yang baik atau hal yang buruk. Semuanya tergantung diri kita sendiri mau menyikapinya dengan cara yang bagaimana.
Setiap orang pada dasarnya adalah baik. Namun kebaikan itu tak selalu mengalir dalam diri kita karena banyak alasan. Bagaimana kita menggunakan tangan kanan kita untuk memberi, atau menggunakan tangan kita untuk mencuri. Teman yang baik, akan selalu berusaha mengerti temannya yang lain. Dan teman yang baik, tak akan selalu baik jika temannya memberikan respon yang datar atau bahkan menyakitkan. Itu sudah biasa dan wajar.
Jika anda orang yang sensitif, satu kata saja dari teman anda akan menjadi bayangan ketika anda berpikir dan akan menjadi penyakit yang susah disembuhkan. Itu hanya karena satu kata saja, belum satu kalima, satu paragraf, satu cerita, dll. Banyak hal yang memengaruhi tingkan sensitifitas kita sebagai manusia, salah satunya adalah gender atau perbedaan alat kelamin. Aku adalah wanita yang memiliki sensitifitas yang cukup tinggi. Meskipun itu berupa deretan kata yang hanya bisa dibaca, tak bisa didengar.
Contoh :
W : km ikut acara bla bla bla ?
X : enggak...
*menurutku, dia orang yg saat itu tidak mau peduli denganku. padahal aku ingin peduli terhadap dia. satu hal yang urung aku lakukan, karena merasa aku tak dipedulikan. cuma bisa batin 'yasudah'.
atau :
W : kemaren jadi ke toko buku?
X : iya
*kalo aku lagi bener-bener sabar, aku bakal bales :
W : ohh gt. jadi beli buku bla ?
X : jadi.
*disini kesabaranku benar-benar diuji. kemudian aku tetap berusaha sabar, dan membalas :
W : gimana bukux, bagus kan?
lebih bagus lagi kalo aku yg bikin :p
X : iya bagus kok. tp lebih bagus kalo km gak pernah bikin buku :p
*oke, dari situ suasana mulai cair. kesabaranku membuahkan hasil. kepedulianku tak sia-sia :)

ada lagi jenis yang lain sperti :
V : bsk rapat bawa ini itu bla bla bla
W : ohh, buat bla bla bla ya?
V : iyaa
W : okedeh makasih :)
V : ngumpul jam 8
W : iya makasih
*dari sini bisa diliat, kalo V itu gak welcome tentang maksud sms itu. dan ahirnya si W pengen ngejutekin si V juga -_-

Atau dalam percakapan langsung seperti :
U : aku pengen ke puncak :D
D : hmm (senyum)
U : (yah, gak ada komentar apa apa :(  )
U : kalo misalnya aku jadi gubernur gimana ya?
D : (lagi-lagi cuma senyum aja)
U : (ahh rese bgt sih, berasa gak dianggep)
D : (pernahkah kau bicara, tapi tak didengar, tak dianggap sama sekali... lalala) -___-
*siapa yang gak sebel kalo kita bikin pernyataan yang pengennya dikasih komentar, tapi cuma dapet respon senyum?
siapa yang gak bete kalo pertanyaan kita dijawab hanya dengan senyum?
kalo pernyataan atau pertanyaanku itu dijadikan ujian, sepertinya jawaban yang berupa senyum itu gak akan ada nilainya alias salah atau bahkan akan ditertawakan :3

Susah memang membuat orang mengerti kita, atau sebaliknya, kita yang mengerti orang lain. Satu saja kuncinya untuk membuatnya menyenangkan, ingat ketika orang lain tak mengerti kita padahal kita ingin mengerti mereka. Buat saja orang lain nyaman disisi kita, hindari balas dendam sekecil apapun bentuknya, jadikan memberi itu menyenangkan dan bolehlah berpikir bahwa nanti kita juga akan diperlakukan baik oleh orang lain. Kurang lebih, hanya itu yang dapat aku lakukan, meski hanya dari sugesti hingga bentuk nyata :)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar