Katanya,
semakin berusaha melupakan sesuatu, maka semakin tidak bisa melupakan. Lantas
harus bagaimana caranya untuk melupakan sesuatu, terutama seseorang? Cinta
memang hal yang kompleks, banyak hal yang tak bisa dilogika namun bisa
dirasakan. Dalam keadaan tidak sedang melupakan seseorang aku bisa berpikir
bahwa mereka tak bisa melupakan seseorang karena mereka belum terbiasa sendiri
tanpa orang itu, bahkan meski mereka tak pernah bersama sekalipun. Raga memang
tak pernah bersama, namun angan dan mimpi selalu ingin bersama meski dalam satu
perspektif saja.
Aku
juga tahu mengapa cinta bukan merupakan salah satu ilmu pengetahuan seperti
Matematika, Geografi ataupun Sosiologi, karena cinta itu bukan pelajaran yang
dapat diberikan pada semua orang agar mereka lebih pintar, bahkan cinta
terkadang membuat orang merasa bodoh.
Cinta tidak didapat dengan belajar, cinta didapat dengan perasaan. Teori cinta
terkadang jauh dari prakteknya karena cinta itu fleksibel, dan mungkin Freud
benar bahwa cinta itu berasal dari energi seksual, karena pada hakikatnya cinta
itu ingin memiliki meski pernah berkata cinta itu tak harus memiliki. Aku ragu
apakah kalimat itu benar atau tidak, padahal dalam cinta seharusnya penuh denga
pengorbanan yang tulus. Entah pengorbanan itu bersama orang yang kita sayang,
atau membiarkan orang yang kita sayang bersanding dengan orang lain. Aku tak
tahu, apakah cinta itu harus mengorbankan nyawa ketika itu diperlukan. Atau
mati bersama? Aku sungguh tak tahu, karena aku belum sepenuhnya merasakan cinta.
Aku hanya belajar sedikit tentang cinta. Ohya, cinta kali ini yang aku maksud
adalah cinta dengan lawan jenis kita. Meski aku tahu makna cinta itu bukan
hanya untuk lawan jenis saja. Tapi kali ini aku khusus membahasnya. Terkadang
aku penasaran, bagaimana rasanya susah napas saat mengingat orang yang kita
sayang jauh dari kita. Atau ketika kita merasa sakit saat dia juga sakit.
Sungguh, aku tak tahu. Nanti, ketika cinta menghampiriku dan memelukku, akan
aku tanyakan beribu pertanyaan yang sudah terdaftar dalam pikiran ini dan aku
akan menanyakan pula sejuta pertanyaan yang akan terdaftar dalam perasaanku
nanti.
Dari
semua hal yang dulu aku anggap cinta, sekarang aku anggap itu semua hanya
keegoisanku karena salah diagnosa tentang rasa yang hadir kemudian aku
menyebutnya itu cinta. Sungguh tak adil.aku piker cinta itu seharusnya datang
sekali saja, entah untuk bersama atau untuk berpisah. Entah untuk menunggu atau
berharap atau menanti.
Mungkin
cinta itu tetap memperjuangkan meski kekalahan telah dipastikan
Mungkin
cinta itu modal hidup selama bernafas hingga menutup mata
Mungkin
cinta itu tetap menunggu dan menunggu sampai dia kembali
Mungkin
cinta itu akan mencari yang terbaik sebagai persinggahan terahir
Mungkin
cinta itu tetap merindu meski yang dirindu membenci kita
Mungkin
cinta itu berkorban bahkan mereka tak tahu kita sedang berkorban banyak
Mungkin
cinta itu memanfaatkan kemungkinan yang akan terjadi
Mungkin
cinta itu saling member dan menjaga hingga ahir menutup mata
Mungkin
cinta itu menjaga segenap perasaan yang telah ditinggal pergi
Mungkin
cinta itu berusaha menjaga agar tetap putih meski hati terluka
Mungkin
cinta itu mencoba hal baru dan menaklukkannya
Mungkin
cinta itu berasal dari sebuah janji yang dibawa mati
Mungkin
cinta itu membangun kekuatan ditengah keterpurukan
Mungkin
cinta itu keajaiban yang lebih hebat dari pada sihir
Mungkin
cinta itu bisa mengubah ke kerasan menjadi kekembutan
Mungkin
itu semua cinta, mungkin…
Tak
banyak yang aku harapkan dari cinta, karena aku akan menunggunya tinggal
selamanya denganku…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar